Awalnya, Eki memiliki proyek musik dengan temannya, dan mengajak Kharis untuk featuring. Tak dinyana, teman Eki tersebut tidak bisa hadir, dan belakangan memutuskan untuk keluar. Akhirnya, Eki meneruskan proyek tersebut dengan Kharis. Di tahun itu pula mereka mengeluarkan EP Sementara. Namun, pada 2010, mereka memutuskan untuk vakum karena merasa kehabisan ide dengan lagu yang itu-itu saja. Kharis pun malah memutuskan keluar dari musik dan memulai pekerjaan kantoran.
Setelah dua tahun vakum, akhirnya di tahun 2013 mereka memutuskan untuk menseriusi kembali musik mereka. Dan hasilnya pada bulan April 2015 Silampukau mengeluarkan album pertama yang mereka beri judul "Dosa, Kota, dan Kenangan" yang berisi 10 lagu.
Bagi mereka, lagu-lagu yang bertemakan sosial tersebut adalah lebih ke arah penuturan tentang kehidupan sehari-hari masyarakat Surabaya, tanpa bermaksud untuk meneriakkan pesan tertentu. Mereka senang bertemu dan mengobrol dengan warga Surabaya di manapun mereka bertemu: terminal, stasiun, pinggir jalan, warung kopi, dll. Dari obrolan itulah ide lagu-lagu mereka datang.
Karena
mengangkat obrolan di warung kopi itulah, Kharis dan Eki mengaku tidak
pernah berupaya mengadvokasi dan mewakili suatu kaum di kota.
Selain
tema lagu yang rasanya belum pernah dibawakan musisi lainnya, tentu
saja yang luar biasa dari mereka adalah lirik dan musiknya. Seperti
puisi, liriknya sarat dengan pesan-pesan. Meskipun sederhana, namun
musik mereka terdengar sangat indah.
Alasan
mengapa mereka seperti mengkhususkan diri Surabaya, ini karena mereka
tumbuh besar di sana dan merasa Surabaya sebagai rumah sendiri. Lalu
mengapa tidak mengangkat keseharian kota terbesar kedua di Indonesia
tersebut sebagai lagu.
Mengalunkan
musik sendu dengan lirik-lirik kritis. Penampilan duo Kharis Junandharu
dan Eki Tresnowening menjadi khas karena hampir semua lagu bergenre
folk yang mereka bawakan itu bercerita tentang Surabaya. Mulai
permasalahan sosial, suasana kota, hingga perempuan penghiburnya. Inilah
Silampukau.
Dalam
lagu Doa 1 yang mengandung lirik satire, keduanya bernyanyi mengenai
mimpi mereka untuk masuk layar televisi sembari berharap sang ibu belum
tua ketika mereka mencapainya.
Anggota Band:
- Kharis Junandharu [Vocal & Guitar]
- Eki Tresnowening [Vocal & Guitar]
0 komentar:
Posting Komentar